Rabu, 28 Oktober 2020

Influencer

"Pribadi seseorang akan bergantung dengan siapa ia berteman"

"Ah, masa, sih?"

Coba dibaca pelan-pelan.

Kasus 1

Ada 5 orang teman. Salah seorang rajin shalat dan yang 4 tidak. Suatu saat mereka safar bersama. Ketika masuk waktu shalat dan teman yang satu ini ingin shalat, keempat temannya mengatakan, "Sudah, nanti aja gampang." Hingga akhirnya waktu pun terlewatkan.

Kasus 2

Ada 5 orang teman. Salah seorangnya tidak pernah shalat, sedangkan 4 lainnya rajin ibadah. Suatu saat mereka safar. Ketika masuk waktu shalat, keempat temannya ingin shalat. Nah, satu temannya yang jarang shalat ini akhirnya ikut shalat karena melihat temannya.

Dari sini bahkan sudah terlihat bagaimana teman dekat dapat mempengaruhi seseorang atau malah dipengaruhi.

Saya, kamu, kita, adalah influencer untuk semua orang. Baik secara langsung dari pribadimu maupun dari apa yang kamu post. Cara berbicara dan bertindak pun dapat menjadi media pembelajaran untuk sebagian orang. Perlahan mereka akan paham dengan sendirinya tanpa harus banyak berkoar.

Kita nggak pernah tau, posting-an atau perkataan kita akan berdampak apa untuk orang lain. Hal apa yang akan mereka ambil dari kita. Sesuatu yang buruk atau baik. Akan menjadi pemberat dosa atau peringan. Pernah baca atau dengar jika kita mempelopori hal baik dan dicontoh oleh orang lain, hal itu akan menjadi amal tak terputus dan begitu pula sebaliknya? Pernah tidak merasa ketika kita ada di suatu lingkup pertemanan yang sering berbicara kotor, kita akan mudah juga meniru tanpa segan?

Kita nggak akan tau reaksi asli seseorang terhadap perlakuan dan perkataan kita. Bisa jadi ia tertawa bersama, tetapi selepas itu ia berseteru dengan batinnya dan mengadukan semuanya kepada Allah.

Bahkan ada suatu kejadian yang benar-benar terjadi pada saya. Jadi ceritanya beberapa kali yang saya post di WA story, relate sekali dengan apa yang teman saya rasakan. Ketika dia ada masalah A, biidznillah saya juga post tentang A, padahal dia belum cerita apa-apa ke saya.



Tidak hanya sekali, tapi sempat beberapa kali. Story saya saat itu berperan sebagai teguran atau reminder. MaasyaAllah. Seindah itu rencana Allah menjadikan saya perantara untuk orang lain. Memotivasi saya untuk terus post hal baik, bermanfaat, dan lebih berhati-hati dalam menyebarkan sesuatu. Perlu digarisbawahi juga, sebisa mungkin apa yang kamu bagikan adalah apa yang sudah kamu lakukan. Jangan menjadi lilin yang menerangi orang lain tapi melenyapkan diri sendiri. Salah satu orang yang harus kamu ubah adalah diri sendiri.

Saya pribadi menjadikan hal-hal yang saya share sebagai self reminder. Jika nantinya saya tidak sesuai dengan apa yang saya share, saya berharap teman yang pernah melihat story saya pun akan menasehati saya. Iman kan kadang naik kadang turun tak tentu. Tidak perlu terlalu berambisi untuk lebih baik dari orang lain sebelum menjadi lebih baik dari diri kita di waktu lalu.

Kalau orang lain mengomentari posting-anmu dengan nada mencela, ya sudah. Tugasmu hanya menyampaikan, selebihnya urusan Allah yang lebih berhak membolak-balikkan hati hamba-Nya.

Memaksakan hal yang kita anggap benar kepada yang belum paham hanya akan menimbulkan perdebatan karena setiap orang akan melakukan pembenaran. Jangan pernah lelah untuk terus berproses menjadi lebih baik karena tolok ukur baik menurutmu dan menurut orang lain tak selalu sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dimulai dari Hal Kecil

Pernah nggak kamu bawa alat tulis ke sekolah lengkap ini itu, tetapi setelah ada yang meminjam, barangmu tidak kembali. Dulu sering sekali d...